Rabu, 21 Agustus 2013

GEREJA PALANUNGKAI TAMIANG LAYANG ( Landmark Pekabaran Injil Bagi Ulun Ma'anyan)


 SEJARAH BERDIRINYA
GEREJA PALANUNGKAI TAMIANG LAYANG
By:
Hadi Saputra Miter




Gereja Yang Menjadi Landmark
Sebuah gereja besar yang berdiri mengangkang ditengah kota Tamiang Layang, seolah menjadi Landmark bagi kota Tamiang Layang, bagaimana kemunculannya? Banyak orang mengatakan bahwa itu peninggalan Belanda dan lain sebagainya. Gereja yang sekarang dikenal dengan nama PALANUNGKAI yang berarti yang pertama dalam bahasa dayak Ma’anyan merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Tamiang Layang. Tulisan ini akan mencoba membawa kita kepada peristiwa bagaimana Gereja ini hadir yang tentu saja bukan seperti sulap. Melainkan memiliki sejarah panjang yang harus kita hormati.
Berjalannya penginjilan yang dikerjakan di daerah ulun Maanyan melewati rentang waktu yang cukup lama dari 1851 sampai dengan 1930an masih belum ada gedung gereja permanen, kecuali gedung gereja kecil yang ada di Beto. Hal tersebut bertolak belakang dengan diwilayah Kapuas dan Kahayan yang sudah memiliki gereja. Untuk menjawab nya maka Gerlach bersama dengan jemaat di Tamiang Layang berinisiatif untuk mengupayakan sebuah gedung gereja yang bisa menampung jemaat Kristen yang ada di Tamiang Layang yang angkanya terus berkembang secara signifikan.
Kesepakatan pembangunan gereja pun disambut antusias warga, termasuk agar mengalihkan asset-aset milik Zending Basel yang ada di Beto yang dikarenakan selain akses jalan yang sulit serta karena masyarakat yang berangsur-angsur meninggalkan Beto, sehingga diambil langkah agar pusat penginjilan dipusatkan sepenuhnya saja di Tamiang Layang.

Modal Bersama
Keputusan membangun gereja tidaklah mungkin tanpa dana maka jemaat Tamiang Layang mengumpulkan dana, dari dana pribadi masing-masing jemaat mereka mengumpulkan tiap-tiap cent uang mereka sampai akhirnya terkumpul uang sebesar 1000 Gulden. G.Gerlach dipercayakan jemaat sebagai kepala konstruksi. Kemudian mereka bersama-sama membuka lahan yang awalnya ditumbuhi oleh pohon-pohon besar. Yang paling pertama mereka dapatkan adalah sirap untuk atap berjumlah 28000 lembar.
Total biaya yang harus diperlukan untuk pembangunan itu sebesar 2400 fl. Sedangkan jemaat hanya mampu mengumpulkan 1400 fl saja. Namun berkat tidak habis-habisnya bantuan donasi datang baik dari jemaat maupun dari  luar jemaat bahkan ada bantuan secara pribadi. Pemerintah Hindia Belanda melalui Countrolir nya memberikan sumbangan berupa 10 Tong/drum semen ( yang nampaknya digunakan untuk pondasi Gereja) bahkan perkumpulan perempuan menyulam yang ada di Tamiang Layang memberikan sumbangan 190 fl. Dari hasil penjual sulaman mereka. Dan tersisa hutang sekitar 500 fl namun pemerintah Belanda berjanji untuk menghapus hutang mereka.

lahan gereja yang masih belum dibangun hanya ada lonceng gereja yang 
dibawa dari Beto


proses pengangkutan material dan bahan bangunan 
dari sungai siarau menuju lokasi Gereja



proses pembangunan dimulai

Pembangunan gereja berlangsung dari mei 1933 yang sebetulan saat itu missionaries Hacker dari Banjarmasin sedang berkunjung dan melihat bagaimana antusias warga membantu pembangunan gereja
”Saya melihat mereka sangat-sangat kesulitan dalam mengangkut bahan material bangunan dari perahu menuju lokasi pembangunan gereja yang berada diatas bukit. Terutama kayu yang nampaknya sangat berat, semua orang  kampung ambil bagian  membantu mengangkut serta mendorong gerobak menuju puncak bukit, Dan nampaknya gerobak tersebut sering mengalami kerusakan dimana mereka selalu memperbaikinya”.
Gedung gereja Tamiang Layang akhirnya selesai pada tanggal 29 oktober 1933 dan dirayakan, dalam perayaan tersebut bukan hanya dihadiri oleh jemaat Kristen tetapi juga dari Kaharingan dan Islam. Acara tersebut juga dihadiri pejabat pemerintah Belanda yaitu oleh Asisten Resident, Kontrolir dari Kandangan serta pejabat pemerintah dari Tanjung. Pada hari perayaan ibu-ibu dan para gadis mendekorasi gereja sehingga terlihat indah. Acara berjalan dengan penuh keakraban,  saya (G.Gerlach) mengucapkan terima kasih atas dukungan kepada kami dalam menerima  Injil yang kami kabarkan. Dan dengan bangga kami mentahbiskan gedung gereja ini dengan mengambil tema “ Kehormatan Bagi Allah yang telah menyelamatkan umat manusia melalui Tuhan kita Yesus Kristus” dalam bahasa Jermannya: "die Ehre Gottes, des Allmächtigen und den willen und die Erlösung der menschlichen Seele durch Jesus Christus"

SEBUAH RENUNGAN
Luar biasa walaupun dengan kekurangan dan dengan kerja keras maka gedung gereja yang sekarang kita kenal dengan PALANUNGKAI ini lahir. Pernahkan kita  mencoba  untuk merayakan hari jadinya sebagai bentuk apresiasi, agar kita selalu ingat kerja keras para Zending dan kerja keras para jemaat dalam mengupayakan lahirnya gereja kebanggaan kita ini. Saya juga mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan pihak Mission 21 terutama Claudia Wirthlin dari Swiss yang mengirimkan arsip-arsip pendirian Gedung Gereja Tamiang Layang, serata pihak BPH MJ GKE Tamiang Layang dalam mendapatkan foto-foto antik yang  sebagian mengenaskan karna dimakan usia.

Sumber :
Der Evangelishche Heidenbote vol.107 No.06, 1934 (Laporan Missionaris G.Gerlach )
Der Evangelishche Heidenbote  Vol.107, No. 4, 1934 (laporan Missionaris Hacker)
Koleksi Foto MJ GKE Tamiang Layang “ Ngamoean Lewoe Gareja Hang Tameang Laijang teka Mei-Oktober 1933"


1 komentar: