Senin, 12 Juli 2021

JIN MURUTUWU : Pandangan Ulun Maanyan Mengenai Mahluk Gaib

JIN MURUTUWU

Pandangan Ulun Maanyan Mengenai Mahluk Gaib

by 

Hadi Saputra

Panungkulan Murtuwu tahun 1913


Pandangan Ulun Maanyan terhadap Fenomena

Orang Dayak Maanyan dan orang Asia secara umum memandang kejadian atau fenomena yang terjadi selalu dikaitkan dengan hal supranatural. Antropolog Emili Durkheim menuturkan  : Masyarakat pre-literate (tradisional) menciptakan agama dengan mendefinisikan fenomena tertentu sebagai sesuatu yang sakral dan sementara yang lain dianggap profan (kejadian yang umum atau biasa. Adapun hal yang sakral inilah yang dianggap sebagai suatu yang terpisah dari peristiwa sehari-hari yang membentuk esensi agama. Sebagian orang Barat selalu menelaah perestiwa atau fenomena dengan logika sehingga dalam cerita ini akan menarik bagaimana pandangan barat yang diwakili oleh P. Te wechel seorang pejabat Militer Hindia Belanda berpangkat Kapten yang pada saat itu sedang tugas dinas di Desa Murtuwu bertemu pandangan masyarakat Dayak maanyan yang sangat kuat berpandangan dengan sesuatu hal gaib, magis dan supranatural.

 

Sekelumit cerita Jin dari Murtuwu[1]

Di kampung Murutuwu ada tiang kayu berukir tinggi di jalan desa; itu didirikan untuk Njanjo Djin (Nanyu Jin), yang dibayangkan oleh masyarakat disana sebagai sosok yang sangat tinggi dengan sepasang mata merah berapi. Sebagian besar orang Dayak mengaku pernah melihat sosok tersebut di beberapa titik desa dan kebetulan saya berkenalan langsung dengan Jin itu sendiri pada suatu malam.

Pada suatu malam Saya dan istri saya mendengar keributan di luar rumah; bayangkan bahwa di Desa Ini lingkungannya sangat sunyi, dan saat kami melangkah keluar untuk mencari tahu apa gerangan yang terjadi, seorang Dayak berlari ketakutan dengan berteriak: “Tuwan, Njanjo Djin!” (Tuan, Nanyu Jin) nampak bola merah menyala yang tenggelam sangat lambat, masih bersinar sedikit melalui dahan, saat itu malam memang sangat gelap, dan udara yang sangat mendung hanya menyisakan sebidang kecil langit yang lebih terang terbuka di cakrawala.

Penjelasan kemunculan Jin buat saya sangat sederhana. Malam sebelumnya, ketika Planet Venus masih tinggi di langit, Venus tersembunyi dari pandangan oleh kumpulan awan; karena tenggelam ia muncul dengan sangat tiba-tiba, tentu saja, di jalur sempit di atas hutan daerah Barito, dan fenomena yang tidak terduga ini cukup bagi orang Dayak untuk melihat Djin (Jin) di dalamnya. Selain itu, planet ini tampak luar biasa merah malam itu karena asap tebal yang menggantung di udara. Di sini kita punya contoh bagaimana orang Dayak menarik kesimpulan dari fenomena alam paling sederhana dalam hubungannya dengan dunia roh.


 Ampatung Jin

Penutup

Menarik bahwa istilah Jin sendiri datang dari letaratur Arab dan Islam[2] yang mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Melayu Banjar kepada orang Maanyan. Pandangan akan mahluk gaib meresap sampai sekarang, lihat bagaimana bila mereka bercerita akan banyak unsur-unsur gaib tentang hantu, jin dan berbagai mahluk gaib yang akan terbawa dalam menjelaskan sebuah fenomena yang mereka takuti.

 

 

 



[1] P. Te Wechel, Erinnerungen aus den Ost- und West-Dusun Ländern (Borneo): In Besonderem Hinblick Auf Die Animistische Lebensauffassung Der Dajak  dalam Internationales Archiv für Ethnographie:  (Leiden : P.W.M. Trap, Gesellschaft für Ethnographie. 1913). Hal.16

[2] Amira El-Zein, Islam, Arabs, and the Intelligent World of the Jinn (Syracuse University Pres, 2017)