Rabu, 01 Desember 2021

TINDONG : Orang Kristen pertama dari desa Jaar (Sangarwasi)

 

TINDONG : 

Orang Kristen Pertama Dari Desa Jaar (Sangarwasi)

by. Hadi Saputra Miter


Gambar Ilustrasi Tindong


Surat berikut dari Saudara Feige, yang dikirimkan kepada kami dari Tameang Layang pada bulan Desember tahun 1882. Ia menulis :

“Dalam pekerjaan pekabaran Injil berjalan seperti biasa, dan saya melanjutkan aktivitas saya di antara penduduk asli dengan mengunjungi desa dan ladang seperti sebelumnya. Selama empat bulan saya menikmati hari yang menyenangkan dalam kunjungan semacam itu. Di Matabu saya bertemu banyak orang di pasar, dan ingin mengumpulkan orang-orang untuk saya, tetapi tidak berhasil. Oleh karena itu saya berangkat ke tempat yang agak jauh yaitu desa Sangerwasi, dan di sana saya berkotbah di rumah kepala suku dan juga  kepada orang-orang yang saya temukan di sana. Tapi di sini juga saya sepertinya sedang membajak batu yang keras. Namun, ketika saya berbicara, salah satu pria mendekati saya dan berkata, ”Saya suka mendengar perkataan anda, tetapi saya tidak dapat memahaminya, karena saya tuli. Jika Anda memberi saya sebuah buku untuk dibaca, saya akan mengerti, karena saya dapat membaca dan menulis.” Kemudian sekeras yang saya bisa, saya kemudian berbicara ke telinganya mengenai kabar baik tentang Kristus Yesus, dan kemudian saya memintanya untuk datang mengunjungi saya. Saya kemudian akan melihat apakah saya punya obat untuknya. Beberapa waktu kemudian pria tuli ini datang kepada saya, dan memohon saya untuk mendapatkan obat, dan menyampaikan maksudnya: Jika Anda dapat membantu saya untuk mendengar lagi, saya akan memutuskan untuk menjadi Sarani (Kristen) dan akan tinggal bersama Anda. Tentu saja saya tidak terlalu mempedulikan janji itu, tetapi saya mengatakan kepadanya apa artinya menjadi Sarani, Kalau dia sendiri belum memahaminya. Saya memberinya obat dan dia pergi beberapa minggu kemudian, istrinya yang tidak saya kenal mendatangi saya, ditemani oleh tetangga kami sebegai penerjemah dia meminta pekerjaan untuk suaminya. Dia berkata bahwa dia ingin tinggal bersama kami untuk waktu yang lebih lama, dankarena  jika hujan terus berlanjut mereka tidak dapat membakar kayu untuk membuka ladang. Selama kami di sini, kami ingin memiliki penduduk asli yang mau melayani kami, karena itu keinginan mereka saya penuhi. Delapan hari kemudian mereka datang, Tindong begitu dia disapa benar-benar datang kepada kami untuk melayani dan tinggal Bersama kami untuk pertama kalinya selama sebulan. Dia menekankan bahwa dia ingin tetap sepenuhnya bebas dalam masalah agama. Saya mengatakan bahwa tidak ada yang dipaksa atau terpaksa untuk menjadi seorang Kristen, tetapi itu sepenuhnya tergantung pada keputusan pribadinya. Mendengar itu dia puas, dan dia memulai melakukan pekerjaannya. Di waktu senggangnya, dia sering mendatangi saya dengan berbagai macam pertanyaan. saya memberinya bacaan buku sekolah, Selain buku A B C kami, dimana ada beberapa buku sejarah, saya memberinya beberapa pamflet. Dia juga berteman baik dengan orang-orang yang saya baptis, dan mereka berteman dengannya dengan kebaikan yang tulus, terutama setelah saya menunjukkan kepada mereka bahwa sekarang adalah masalah bagaimana memberikan terang bagi orang itu. Dengan demikian dia memiliki kesempatan untuk mendengar dan melihat Kekristenan, dan nampaknya dia memperhatikannya.

Tepat pada akhir minggu pertama, ketika hari Minggu tiba, dia berkata kepada seorang pria disini: “Hari ini adalah hari Minggu, maka kita memiliki hari libur sepanjang hari; saya percaya saya akan menjadi Sarani juga kelak. Ketika dia mengetahui bahwa Samuel juga adalah seorang orang Maanyan, dia secara khusus bergabung dengannya, dan bertanya kepadanya tentang segala sesuatu yang masih asing baginya. Ketika saya mendengar apa yang terjadi dalam dirinya, saya sering memintanya datang kepada saya di malam hari, dan menemaninya selama berjam-jam. Percakapan kadang dilakukan secara tertulis, kadang juga secara lisan. Beberapa waktu kemudian dia bertanya kepada saya; “apa yang ia lakukan tidak cukup, dan lelah dengan ibadah rumah tangga dan umum akhir-akhir ini? Setelah itu saya memberinya jawaban tertulis dibuku yang terperinci, untuk menjelaskan kepadanya bahwa pembersihan dosa melalui Yesus, Anak Allah, yang disalibkan mati untuk dosa-dosa kita. Ini terjadi melalui baptisan, ketika kita berpegang teguh pada iman kepada Yesus sebagai Juruselamat kita. Ia menjawab: “Saya percaya bahwa Yesus Kristus, Putra Allah, mati untuk dosa-dosa saya; Saya ingin disucikan, Kapankah kamu akan menyucikan (membaptis) aku?” "Kalau begitu kamu harus diajari dulu," jawabku. Karena hari berikutnya adalah hari hujan, dan dia tidak bisa datang bekerja, saya meminta dia datang kepada saya pada hari berikutnya dan berbicara panjang lebar dengannya. Sekali lagi dia meminta saya untuk segera membaptisnya, agar dia dibebaskan dari kuasa setan. Dia juga bertanya kepada saya apakah melalui iman kepada Yesus seseorang juga dapat dibebaskan dari konsekuensi kutukan dari orang tua. Ketika saya meyakinkannya tentang hal ini, kegembiraannya semakin besar. Ternyata dia telah dikutuk oleh ayahnya. Betapa mulianya bagi saya untuk dapat meyakinkannya tentang segala kemurahan kasih karunia. Dia sekarang juga berbicara akan keinginannya memiliki nama baru, yaitu nama Karl atau Karel,itu adalah nama yang ia usulkan, nama tersebut pernah dia baca di suatu tempat, dan itu nama yang sangat membuatnya senang.

 

Schüler mit Schulhaus in Djaar 1890an


Dia sekarang melanjutkan dengan belajar persiapan baptisan. Saya menulis untuknya dalam sebuah buku kecil Syahadat (pengakuan iman), Doa Bapa Kami, dan serangkaian cerita dari kitab suci. Buku kecil ini sekarang menjadi hartanya, yang selalu dibawanya kecuali saat dia bekerja. Pengajaran dilakukan setiap hari, dan Samuel juga sering membantu sampai larut malam. Samuel merasa dilahirkan kembali melalui iman anak laki-laki ini, sehingga dia dan Joseph sering meyakinkan aku untuk segera membaptis orang ini; apa yang masih kurang dalam pengetahuannya akan dipenuhi dengan imannya. Itu adalah keyakinan saya juga dan karena Tindong berulang kali meminta saya untuk melakukannya, saya berjanji untuk membaptisnya pada tanggal 19 November 1882. 

Sampai menunggu hari itu, dia masih menerima pengajaran setiap hari, dan setiap pemikiran baru membangkitkan minatnya sampai tingkat yang tinggi. Jika dia memahaminya dengan benar, maka kegembiraannya bisa terbaca di wajahnya. Suatu kali dia bertanya kepada saya:"Katakan padaku bagaimana dengan umat ​​Islam, apakah mereka juga bisa masuk surga? “Pernyataan saya bahwa Yesus sendiri yang dapat membawa kita ke sana, sedangkan para pengikut Muhammad tidak percaya kepada Yesus, mereka tidak dapat mengambil bagian di dalamnya.” Sekarang saya mengetahui dari dia, bahwa dulunya dia sangat sibuk dengan ajaran Islam, dan pertanyaan saya mengapa dia tidak masuk Islam, dia menjawab: “Apakah saya dalam Islam dapat menemukan sesuatu yang memuaskan, seperti yang saya dengar dari Anda? Kalua ya, seharusnya saya sudah menjadi Muslim sejak lama.” Setiap hari saya mengerjakan sesuatu untuknya, menuliskan doa untuknya, dan mengajarinya arti doa. Dia akan mendengarkan dengan mulut terbuka. Dengan demikian, setelah tiga minggu mengajar, keinginannya untuk dibaptis akhirnya dapat terpenuhi. Agar dia mengetahui dengan baik seberapa berat pembaptisan itu, saya telah menulis kepadanya seluruh tahapan pembaptisan. Samuel duduk di sampingnya, mengarahkan jarinya ke setiap kata yang saya baca sehingga dia dapat dengan mudah mengikuti saya. Tetapi saya mengucapkan doa dan rumusan baptisan ke telinganya dengan sangat keras sehingga dia bisa mengerti. Itu adalah upacara besar bagi jemaat kami, sekarang jemaat kami berjumlah sekitar lima puluh jiwa, dan Karel senang bahwa beban itu telah diangkat dari pundaknya.

 

Keesokan harinya istrinya datang menjemputnya untuk membantu menanam di ladang. Di hadapan saya dia berkata: “kita harus berubah, kita harus dibebaskan dari dosa-dosa kita. Sekarang saya tahu bahwa ini dapat dilakukan hanya oleh darah Yesus, Anak Allah. Saya sudah dibersihkan kemarin, bukan dengan paksaan, tetapi dengan kehendak bebas, dan saya harap kamu mengikuti saya." Istrinya nampak menolak, tetapi setelah Karel berbicara dengannya selama beberapa jam, akhirnya dia juga menyatakan dirinya siap tetapi ingin menunggu dulu.

Sore hari mereka pulang bersama ke ladang mereka tiga jam perjalanan. Karel dengan hati gembira, dan istrinya juga puas dengan cara hidup yang telah dipilihnya. Pada saat Natal mereka tidak muncul, tetapi sudah pada hari, dan di hari sabtu berikutnya mereka kembali dengan ketiga anak mereka; mereka ingin bergabung dengan kami dalam pelayanan kami. Tetapi seperti yang selalu saya harapkan, saya harus kebiasaan aneh selama ini. Saya memiliki harapan bahwa dia juga akan mengakui Yesus di sana di lingkungannya, seperti yang telah dia mulai lakukan di sini. Istri dan putri sulungnya juga menyatakan bersedia menerima pendidikan, yang segera mungkin akan saya berikan. Dengan mereka itu penggarap ladang hati yang sunyi, tetapi itu juga bisa dikerjakan. Mereka sekarang kembali bekerja di ladang, tetapi kami gembira dengan harapan mereka, dan percaya bahwa lebih banyak lagi yang akan mengikuti mereka. Peristiwa itu telah menyebabkan kehebohan, dan banyak orang datang dan bertanya apakah benar Tindong dibaptis. Disitulah Tuhan berkenan untuk menunjukkan kepada kita buah yang akan berlanjut dan itu ada di tangan-Nya sendiri.

Sumber :

Faige, De eerste bres in ben sterke vesting, De Rijnsche zending; tijdschrift ter bevordering van het christendom in Nederlandsch Indië, jrg 14, 1883 hal 74-79