LUDWIG ORANG
KRISTEN PERTAMA DARI TAMPA
By:
Hadi Saputra Miter
Ludwig si cerdas dari desa
Tampa
Pada tahun 1912, bersama para
pemuda lainnya dari berbagai jemaat di Kalimantan, seorang pemuda dari daerah
Maanyan ditunjuk masuk ke seminari di Banjarmasin untuk dilatih sebagai guru. Namanya
Ludwig, dia baru saja dibaptis dan satu-satunya Kristen dalam keluarganya.
Injil telah masuk kedalam hatinya, dan dia sangat ingin menjadi guru dan menjadi
pemimpin jemaat agar mengenal Juruselamat, sebuah cita-cita yang mulia. Sifat
Ludwig digambarkan sebagai sosok yang pendiam, kesetiaannya tidak diragukan dan
takut akan Tuhan. Sayangnya, keinginan pemuda itu tidak berjalan dengan lancar.
Setelah sekitar satu tahun ia menderita karena penyakit beri-beri. Seminari
memberikannya cuti berobat dan memulihkan diri untuk beberapa bulan. Kemudian
dia mencoba lagi untuk melanjutkan studinya. Tetapi penyakitnya kembali kambuh,
sehingga dia terpaksa harus meninggalkan seminari dan kota Banjarmasin.
Ludwig memutuskan untuk pulang
kekampung halaman orang tuanya di desa Tampa, tidak jauh dari Stasi Misi Beto. Dari
Banjarmasin, sebenarnya Ludwig direkomendasikan agar membantu misionaris
Hendrich di Beto agar kebutuhan jasmani dan rohaninya tidak layu di lingkungan
kafir di Tampa. Pada Natal 1913, Ludwig datang ke Beto untuk merayakan Natal
bersama jemaat yang ada disana. Di Beto Missionaris Hendrich lebih mengenalnya.
Ludwig yang pendiam nampak pucat, ia berjuang dengan batuk dan nyeri dada,
tetapi penderitaannya tidak membuatnya menjauh dari Juruselamat seperti kebanyakan
orang, hal tersebut membuat kesan yang mendalam pada Hendrich.
Ludwig Orang Kristen Yang Taat
Dia memutuskan untuk berjuang
melewati penderitanya semaksimal mungkin, terlebih lagi karena, secara
manusiawi, dia takut dengan hari-harinya akan kematian. Kondisinya membaik
secara signifikan karena obat-obatan dan perawatan yang diberikan kepada Ludwig.
Sejauh ini dia bergantung dengan orang tuanya yang memberi dia makan. Ia tidak
bisa melakukan pekerjaan lapangan yang berat karena tubuhnya yang lemah.
Setelah beberapa waktu ia memperoleh pekerjaan sebagai juru tulis untuk kepala
distrik di desa Lampeong, sebuah desa kafir, dan menetap di sana. Dia menikahi
seorang gadis Maanyan kafir, tidak mudah menjadi orang Kristen di lingkungan
kafir. Banyak orang menyerah pada godaan dan tenggelam kembali ke dalam
paganisme, yang setiap hari mengelilingi mereka. Tapi hal tersebut tidak
terjadi pada Ludwig. Melalui korespondensi dan kunjungan ke misionaris
Hendrich, ia mencoba untuk lebih berakar kuat dalam firman Tuhan. Dia rajin
membaca Perjanjian Baru dan Buku Katekismusnya serta menyanyikan lagu-lagu
Kristen. Tak lama kemudian istrinya mengungkapkan keinginannya untuk menjadi
seorang Kristen juga. Selain itu, seorang pemuda lain dari desa Lampeong
dimenangkan olehnya. Dia kemudian dengan setia dan rajin mengajar mereka berdua
sampai mereka dapat dibaptiskan. Ludwig mengungkapkan bahwa ia rindu untuk
tinggal di antara orang-orang Kristen dan dalam persekutuan jemaat Kristen.
Sayang, kesehatannya lebih banyak mundur daripada maju. Terkadang misionaris
Hendrich mengirimkan obat. Kemudian Ludwig mengirimkan banyak uang untuk dana
masyarakat di Beto sebagai ucapan terima kasih.
Menjadi Pembarita di Beto
Pada tahun 1914 misionaris
Hendrich harus pindah ke stasi Misi Tamiang Layang, yang berjarak enam jam
perjalanan, dan Beto menjadi kosong tanpa misionaris untuk sementara waktu. Ludwig
untuk pergi ke Beto untuk menjaga rumah misi yang kosong, dan tinggal disana.
Pada saat yang sama ia mendapat jabatan sebagai tukang pos antara Beto dan Tamiang
Layang. Di Beto Ludwig membuktikan dirinya sebagai orang Kristen yang tak kenal
takut. Seperti yang diketahui bahwa orang-orang kafir takut dengan roh dan
hantu. Ludwig diberi tahu oleh mereka bahwa: "Di dalam rumah misi yang
kosong, banyak roh-roh dan hantu berkeliaran, yang kadang muncul baik siang
maupun malam”. Tetapi Ludwig sama sekali tidak takut. Ludwig banyak bercerita kepada
misionaris Hendrich, pada setiap kunjungn rutinya ke Tameang Layang: "Saya
baik-baik saja, saya melihat apapun tentang roh dan hantu, sebaliknya, sejak
saya sudah di rumah misi, kesehatan saya
justru semakin baik dan lebih baik. Orang-orang bertanya-tanya dan bertanya:
"Apakah kamu tidak takut tinggal disitu sendirian?" "Dalam
tubuhnya yang lemah, hiduplah dengan hidup dan pikiran jernih. Dia sangat
teliti dan memikirkan segala sesuatu yang ditugaskan kepadanya. Dia juga bisa
dipanggil untuk mengadakan kebaktian gereja. Dia selalu mempersiapkan dirinya
dengan sangat hati-hati untuk ini karena dia takut mengatakan sesuatu yang
salah. Tuhan telah menganugrahkan padanya kecerian. Bahkan di hari-hari
penderitaannya, yang menghampirinya dia selalu memperlihatkan wajah yang ceria.
Di bulan September penyakitnya, yang perlahan menggerogoti inti hidupnya,
dengan kekuatan yang berlipat ganda. Dia tidak bisa lagi melakukan tugasnya dan
harus berbaring di ranjang. Pada akhir September, misionaris Hendrich
mengunjunginya untuk memberinya Perjamuan Kudus. Dia mendiskusikan beberapa
masalah pribadi dengan Hendrich; kemudian mereka berpisah dengan anggapan bahwa
mereka tidak akan bertemu lagi di dunia ini.
Ludwig Kristen Pertama di
Tampa
Setelah beberapa hari, ayahnya
membawanya pulang ke kampung halamannya di Tampa. Awalnya dia merasa sedikit
lebih baik di sana, sehingga dia bisa meninggalkan Beto untuk sementara waktu.
Tapi itu hanya kedipan terakhir dari cahaya kehidupan. Suatu Minggu pagi dia
menderita batuk parah yang mengakhiri hidupnya. Dia telah membahas
penguburannya secara rinci dengan ayahnya, yang masih seorang kafir, dan secara
serius melarang mereka untuk menguburkannya dengan cara kafir. "
Seharusnya tidak boleh ada kegiatan kafir apapun dan Tuan di Tameang Layang harus
diberitahu segera begitu saya mati, " kata Ludwig. Masyarakat Desa Tampa
menyatakan keheranan mereka atas kematian yang tenang dan damai, padahal dia
menderita sebuah penyakit yang sangat keras. Orang Desa Tampa mengira itu
karena efek Perjamuan Kudus yang diberikan oleh tuan dari Tamiang Layang. Misionaris
Hendrich menerima berita tentang meninggalnya Ludwig pada hari yang sama
melalui seorang kurir, maka keesokan paginya dia pergi ke Tampa, di mana Ludwig
dimakamkan sebagai orang Kristen pertama di desa Tampa.
Sumber : Hasil penuturan
Misionaris Hendrich kepada misionaris H. Sundermann, Bilder aus der
Missionsarbeit auf Borneo, (Barmen: Verlage des missionshauses zu 1920),
hal 32-35.