Selasa, 05 April 2022

MUYAN ORANG MAANYAN KRISTEN YANG PERTAMA

 MUYAN ORANG MAANYAN KRISTEN YANG PERTAMA

BY ; Hadi Miter



ilustrasi Muyan



Muyan dari Murutowo

Di Murutowo ada sebuah prasasti yang saya buat dengan tulisan sebagai berikut: “Di kuburan itu dimakamkan Muyan, dari Murutowo" Siapa Muyan? dia adalah seorang pria yang sangat disegani di antara orang-orangnya. Dia adalah buah sulung dari Sihong, dan merupakan salah satu orang yang berdiam dalam kegelapan kafir, dan yang, tanpa diterangi oleh Injil, namun melalui tindakan anugerah serta keinginan yang kuat untuk menerima terang Injil. Jadi bukan saya yang menyebabkan Mujan dibaptis; juga bahwa dia pertama kali mendengar kesaksian tentang Yesus dari mulut saya. Muyan pertama kali mendengar tentang Tuhan dari seorang Haji (Pendeta Muslim). Orang-orang Islam ini biasanya melakukan perjalanan melalui tanah dayak, dan kadang tinggal bersama orang-orang kafir hampir dimana-mana secara umum. Muyan mengambil kesempatan, menemui saya untuk mencari klarifikasi tentang hal-hal yang telah lama memenuhi rasa penasaran dihatinya. 

Oleh karena itu, apa yang dia dengar dari waktu ke waktu dari orang Islam sangat melekat sedemikian rupa sehingga sejak saat itu dia perlahan menolak takhayul pagan. agama orang-orang Sihong tidak lagi dia percayai.  Dia sebenarnya akan menjadi Muslim, jika aliansi orang Sihonger tidak menahannya; itulah batu sandungannya untuk menjadi Islam. Setelah saya tiba di Sihong, ketika saya baru saja selesai beribadah di rumah, saya memiliki masalah yang harus diselesaikan, Mujan datang ke rumah saya untuk pertama kalinya, dan meminta maaf bahwa sebagai tetangga dia baru bisa datang mengunjungi saya setelah 14 hari, dia bercerita tentang dua ladang yang diagarap secara bersamaan. Dia juga berterima kasih kepada istri saya karena telah menunjukkan kebaikan dan keramahan kepada anak-anaknya. Saya melihat dia sosok ke pria besar dan kuat, yang penampilannya sama sekali tidak sesuai dengan kata-katanya yang lemah lembut, karena fisiknya mirip dengan seorang perenang snorkel, dia mahir menggunakan bahasa Melayu, saya selalu menjadi pendengar yang baik bagi Muyan. Beberapa hari kemudian, saat saya di bawah pohon sambil menulis, dia datang lagi, dan sekarang saya menerimanya dan saya gunakan untuk berkhotbah menyampaikan firman Tuhan. Dia mendengarkan dengan seksama pada setiap kata-kata saya, dan menjawab setiap pertanyaan yang dia ajukan kepada saya pada kesempatan ini, meyakinkan saya bahwa ada keinginan yang kuat untuk pendidikan (ketkesasi) ada bersamanya. 


Muyan dan Pergumulannya

Dia juga menceritakan kepadaku tentang percakapannya dengan Haji, dan bahwa dia telah mendengar darinya beberapa hal yang mirip dengan ajaranku, aku tidak membantahnya. namun saya menekankan pada Muyan bahwa bahwa Allah Tuhan telah memberikan janji Juruselamat dunia, dan bahwa di dalam janji ini terkandung semua janji kasih karunia dan kehidupan kekal bagi kita, anak-anak manusia; bahwa para nabi, yang kemudian diutus dari Allah, memberikan kesaksian bahwa semua orang yang percaya dalam nama Kristus Juruselamat, akan menerima pengampunan dosa. Janji ini juga bersaksi tentang seluruh firman Allah, yang telah Tuhan sebabkan untuk disimpan di dalam gereja-Nya, dan bahwa dalam firman ini saja kita memiliki wahyu tentang keselamatan kita, dapat menemukan; dan bahwa semua yang telah dipelajari orang lain sesudahnya adalah kesalahan yang tidak mengarah pada keselamatan. Justru firman Tuhan inilah yang ingin saya ketahui, kata Mujan, dan bertanya apakah dia masih bisa belajar membaca. Untuk ini saya mendorongnya, mengatakan kepadanya bahwa banyak pria dewasa belum belajar membaca; tetapi dia tidak boleh menganggap masalah ini terlalu ringan, seolah-olah itu bisa dilakukan dalam beberapa hari. Pertama dia harus belajar huruf, dan kemudian kombinasinya, sampai dia bisa membaca kata-kata dan akhirnya seluruh buku termasuk Alkitab. Untuk ini ia membutuhkan kemauan yang cepat dan ketekunan; kedua hal ini, bagaimanapun, Tuhan akan mengabulkannya, jika dia berdoa. Bahwa dia berjanji kepada saya, dan saya akan membimbingnya. Sekarang, bagaimanapun, dia berpikir bahwa pengajaran tidak boleh lagi ditunda; saran terbaik adalah memulai; karena dia tidak mampu lagi mebnghafal semudah anak-anak; dilain pihak dia juga sibuk bekerja di ladang. Kami kemudian mulai belajar ABC. 

Kadang-kadang aku melihat Muyan duduk sendiri di hutan, dibalik tumpukan kayu yang ditebang, mengintip dia belajar; dan kadang ditemani oleh satu anak laki-laki yang bekerja padaku Johanes Java, dia memohon pada Johanes Java untuk membantunya belajar membaca. Pada malam harinya ia datang ke Balei (rumah sementara saya) untuk minta dijelaskan kepada dirinya mengenai jalan keselamatan, yang biasanya berlangsung hingga larut malam. Saya hampir tidak dapat menggambarkan betapa menghiburnya bagi kami, dalam menghadapi banyak kesulitan di awal misi ini, untuk menemukan secara tak terduga seseorang yang kepadanya firman Allah telah menemukan pintu masuk. Setelah hubungan akrabnya pertamanya dengan kami, Muyan kembali ke pekerjaan di ladang. Tak lama kemudian, pada Sabtu malam, saya sedang berdiri di atas bukit tempat itu, meniup terompet untuk kebaktian hari Minggu, ketika Gowo seorang putra mantan kepala suku, pulang dari ladang, memberi tahu saya sambil tertawa, bahwa Muyan sudah gila..... "apa yang dia perbuat?" ujarku bertanya.—Dia pergi menemui semua orang di ladang" kata Muyan, "tidak ada keselamatan selain Tuhan Yesus". dia terus mengoceh dan tersenyum bahagia sendiri; pasti dia sekarang sudah gila; begitu kata orang .” “Tidak, Gowo,” jawabku, “kalau begitu, kurasa dia tidak gila. kalianlah yang  tidak dapat memahami kegembiraannya. Muyan telah menemukan Juruselamat, dan melaluinya telah datang kepadanya sukacita besar itu, yang telah Allah persiapkan juga bagi kalian semua. Tuhan akan mengasihani dan mengampuni segala dosa kalian; Muyan memiliki warisan di surga yang menunggu, nilainya lebih besar dari semua kekayaan dunia. Bukankah itu kebahagiaan baginya?" "Kalau begitu," kata Gowo, "mungkin aku juga." “Sekarang kataku, “datanglah besok, dan dengarkan bagaimana kamu dapat menerimanya; karena aku meniup terompet kepada kamu semua, dan oleh karena itu aku datang untuk memberitakan kabar baik tentang Juruselamat Kristus kepada kamu semua.” Berita ini, bagaimanapun juga, menimbulkan kekhawatiran dalam diri saya, bahwa karena ini Muyan akan dibenci dan menjadi bahan ejekan teman-temannya. Saya berdoa kepada Tuhan untuk menjaga orang ini. Ketika Mujan kembali tak lama setelah itu, saya senang melihat bahwa dia melanjutkan dengan berani di jalan yang telah dimulai. Hal besar yang telah dia dengar dan simpan di dalam hatinya begitu penting dan berharga baginya sehingga dia berharap hal itu kepada semua temannya dan semua orang di Sihong, dan dia sangat heran bahwa, kenapa mereka menolak untuk hal yang paling utama dalam hidup. Tekadnya untuk belajar membaca dan memahami firman Tuhan kini semakin teguh, sehingga ia dapat dimampukan untuk mengatakan kebenaran teman-temannya dengan jelas dan meyakinkan. 

Pdt.Sunan Tulu Wui menunjukan sumur Missionaris Daningger di Murtuwu



Muyan ingin menjadi Kristen

Pada 8 Desember tahun 1851 Muyan minta kepada saya untuk dibaptis. Saya belum mau untuk membaptisnya tapi menekankan agar Mujan dan istrinya terus-menerus mempelajari dogma kekeristenan terlebih dahulu, orang-orang tidak senang kalau Mujan menjadi Kristen. Saat Muyan jatuh sakit dan tampak sekarat, tidak seorang pun dari mereka yang mau datang menjenguknya. dia menderita batuk berdarah, kami takut bahwa hidupnya di antara kami akan berumur pendek. Janda mantan kepala adat mendatangi saya dan mengatakan bahwa Muyan adalah penderita kusta, mereka ingin memisahkan Mujan dari saya dengan membuat gubuk kecil untuk mengasingkan dia ditengah hutan dengan alasan keputusan masyarakat banyak.

Sebelum mereka membawa pergi Muyan ke dalam hutan, Muyan berkata dalam doa singkatnya mendesah, "Tuhan Yesus kasihanilah aku," aku marah dan berdiri dan mengatakan kepada mereka bahwa perbuatan mereka sungguh sangat keterlaluan, memenjarakan manusia seperti binatang di hutan, apakah kalian tahu apa itu lepra? Semuanya hanya terdiam. Muyan itu hanya sakit biasa saja, jangan ada yang boleh mengganggu dia karna saya bekerja di badan missi yang dilindungi oleh hukum dan pemerintah, mendengar itu mereka mengurungkan niatnya mengganggu Muyan. Saudara Muyan yaitu Tagom mengatakan akan menghancurkan rumah Mujan kalau ia masuk Kristen, Mujan hanya menangis jiwanya terluka. Tagom mengatakan bahwa apabila Mujan mati dengan penyakit itu maka Muyan tidak akan dibakar disucikan (diJambe) melaikan dikubur seperti hewan. Muyan juga ingin agar anak mereka menjadi Kristen, tapi Tagom mengatakan apabila mereka menjadi Kristen maka hak wali atas anak mereka hilang. saya mempersiapkan upaca baptisan untuk Muyan agar dilakukan pada tanggal 18 Januari 1852 tetapi waktu semakin menipis kesehatan Muyan semakin memburuk. Baptisan sepertinya harus lebih dipercepat,Istri dan tiga anak Muyan datang dari ladang ke Murutowo

Hari Baptisan Muyan dan Akhir Hayatnya

Muyan sudah menjadi sangat lemah sehingga dia tidak bisa berjalan lagi; jadi saya memapahnya menuju ke kebaktian di jemaat kecil kami. Muyan secara sukarela memotong rambut panjangnya, dan berpakaian dengan rapi, di mana hal ini yang membedakannya secara mencolok dari orang-orang kafir yang datang ke kebaktian kami. Istrinya, yang akan dibaptis bersamanya, mengikutinya, dan anak-anak, yang berpakaian serupa. Saat proses pembaptisan Muyan dan istrinya Saya berbicara dengan mengutip Alkitab dari Yohanes 10:27–30 tentang "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku..." Kedua orang yang dibaptis menjawab dengan tegas, dengan berani mengakui iman mereka di depan telinga orang-orang kafir dan (khususnya istri Muyan) dengan gembira mengakui iman mereka, di mana pada saat pembaptisan mereka menerima nama baptis yaitu Simeon dan Hawa. hari berikutnya Mujan menderita demam tinggi, saya menanyakan keadaan fisiknya dan bertanya apa dia takut mati? Mujan menjawab tidak, sebab aku yakin Tuhan menyelamatkanku lewat pengorbanan Yesus Kristus. Aku sempat berpikir untuk mengajak Muyan berobat ke Banjarmasin namun mustahil karena hal tersebut sangat sulit dan tidak mungkin mendayung naik perahu menuju Banjarmasin. 

Berbicara tentang kematian, istrinya, yang telah dibaptis pada saat yang sama dengannya, mulai menangis dengan sangat sedih,  Muyan mengangkat tangannya yang sudah lemah, berkata: "Jangan menangisi aku, aku telah dijanjikan bagian yang lebih baik, jika kamu percaya, bahwa aku telah diampuni dari dosa-dosaku, dan aku akan ke Surga." Kemudian dia berdoa: “Ya Tuhan Yesus! tolonglah aku, jangan jauh-jauh dariku, dan terimalah aku dalam kasih karunia.” Dalam jam-jam terakhirnya Muyan tidak bisa tidur, dia  banyak berdoa dan berbicara tentang Juruselamatnya. Tanggal 1 januari 1852 Mujan meninggal dunia, saya memerintakan orang-orangku untuk membuat peti mati untuk Mujan, aku ingin Mujan mati sebagai seorang yang sangat terhormat.

Muyan dimakamkan

Saya dan istri menggunakan pakaian perkabungan, banyak kaum kafir melihat kami dan mereka ribut menolak tempat pemakaman Muyan dekat stasi, Muyan sekarang bukan orang sini harus dikuburkan sejauh mungkin, kata mereka. Mereka beralasan bahwa kalau Muyan dikuburkan dekat stasi yang berada diatas bukit maka air akan mengalir dan itu tidak sehat akan membawa penyakit, lalu aku menjawab kepada mereka bukankah di Telang kuburan juga ada di dataran tinggi dan air mengalir ke dataran rendah, mereka terdiam tidak menjawab. Dan saya mengancam mereka apabila mereka terus mengganggu saya, saya akan melaporkan mereka kepada komandan di Marabahan di mana Komandan akan datang pada tanggal 3 Febuari, setelah itu mereka membiarkan saya melanjutkan prosesi pemakaman. Pemakaman berlangsung dengan khikmad hadir juga perwakilan dari pemerintah, setelah lubang pemakaman digali, saya berkotbah dari l Kor l5: 18-22, itulah sejarah pemakaman di Morotowo

Sumber :

Laporan Missionar Danninger Saat Berada di Murutuwu yangBerjudul: “Der Kirchhof Zu Maratowo” Tahun 1853

Daningger, HET KERKHOF TE MARATOWO Kom over en help ons!; maandberigt van het Rijnsch Zendeling-Genootschap, 1853-04, Barmen April 1853.