LETNAN SUMBI
Upu Maanyan yang membuat pasukan khusus Inggris ketar-ketir
by Hadi S. Miter
Letnan Sumbi
Perang Dwikora dan aksi ganyang Malaysia
Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pada 12 April 1963, sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase.
Pada 1964 pasukan Indonesia mulai kapanye penyerangan ke Semenanjung Malaya. Pada bulan Mei dibentuklah Komando Siaga yang bertugas untuk mengoordinasi kegiatan perang terhadap Malaysia (Operasi Dwikora). Komando ini kemudian berubah menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga). Kolaga dipimpin oleh Laksdya Udara Omar Dani sebagai Pangkolaga. Kolaga sendiri terdiri dari tiga Komando, yaitu Komando Tempur Satu (Kopurtu) berkedudukan di Sumatra yang terdiri dari 12 Batalyon TNI-AD, termasuk tiga Batalyon Para dan satu batalyon KKO. Komando ini sasaran operasinya Semenanjung Malaya dan dipimpin oleh Brigjen Kemal Idris sebagai Pangkopur-I. Komando Tempur Dua (Kopurda) berkedudukan di Bengkayang, Kalimantan Barat dan terdiri dari 13 Batalyon yang berasal dari unsur KKO, AURI, dan RPKAD. Komando ini dipimpin Brigjen Soepardjo sebagai Pangkopur-II. Komando ketiga adalah Komando Armada Siaga yang terdiri dari unsur TNI-AL dan juga KKO. Komando ini dilengkapi dengan Brigade Pendarat dan beroperasi di perbatasan Riau dan Kalimantan Timur.
Malaysia dibeking Inggris dan Australia
Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata antara Indonesia dan Malaysia, Malaysia didukung oleh Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu Special Air Service (SAS). Tercatat sekitar 2000 pasukan Indonesia tewas dan 200 pasukan Inggris/Australia (SAS) juga tewas setelah bertempur di belantara kalimantan. Menjelang akhir 1965, Jenderal Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya Gerakan 30 September. Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi berkurang dan peperangan pun mereda. Pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di Bangkok, meski diwarnai dengan keberatan Sukarno (yang tidak lagi memegang kendali pemerintahan secara efektif), Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik dan normalisasi hubungan antara kedua negara. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian.
Bataliyon pasukan Elit Inggris Special Air Service (SAS),
melakukan patroli di perbatasan Malaysia dan Indonesia 1965
Letnan Sumbi prajurit Maanyan
Walaupun Bung Karno sudah bukan lagi Presiden aktif dan perdamaian dengan Malaysia sudah ditanda tangani, tetapi dilapangan perang masih saja terjadi Letnan Sumbi lelaki Maanyan asal desa Madara dengan pasukannya Bataliyon Raider 6000 dengan misi menyabotase penyulingan minyak di Brunai, walaupun sudah ada perdamaian tetapi bagi Sumbi pantang apabila misi tidak selesai. Sumbi berhasil menyusup kewilayah Malaysia Timur. Informasi dari intelejen Inggris berhasil mencium pergerakan mencurigakan dari Sumbi dan pasukannya, maka tindakan militerpun digerakan oleh Inggris selaku pelindung Malaysia.
Letnan Sumbi ditangkap dan dikawal oleh tentara Inggris
Mayor Alan Jenkins komandan tertinggi pasukan Inggris di Malaysia mengerahkan pasukannya untuk menangkap Sumbi dan anak buahnya. Tidak main-main Mayor Jenkin mengerahkan 7 peleton pasukan Gurkha dan pasukan elit Inggris SAS melakukan pengejaran, pasukan Inggris melakukan penjebakan disepanjang Sungai Kelalan. Letnan Sumbi dikunci dari berbagai arah, halikopter dan beberapa detasmen anti tank sudah melakukan penguncian posisi. ternyata apes bagi Inggris, Sumbi bisa melenggang dengan lancar menuju kearah Brunai tanpa bisa ditemukan, dia menghilang ditengah hutan rimba. Letnan Sumbi membagi pasukannya menjadi dua, rombongan anak buahnya yang kedua tertangkap oleh pasukan SAS dan dipaksa untuk menunjukan posisi Sumbi. Akhirnya, setelah satu bulan pencarian besar-besaran oleh pasukan Inggris pada tanggal 3 September 1966, Letnan Sumbi berhasil ditangkap. Pangkat terakhir beliau adalah Mayor dan bertugas di Buntok sampai pensiun.
Oktarino, Nino. Operasi Dwikora : Sebuah Perang Yang Terlupakan di Indonesia, ( Jakarta: Elix Media Komputeindo, 2018).
Subritzky, J. Confronting Sukarno: British, American, Australian and New Zealand Diplomacy in the Malaysian-Indonesian Confrontation, 1961–1965. (London: Palgrave, 2000)
Poulgrain, G. The Genesis of Konfrontasi: Malaysia, Brunei, Indonesia 1945–1965. (London: C. Hurst & Co. 1998)
Conboy, Ken. Kopassus – Inside Indonesia's Special Forces. (Jakarta: Equinox Publishing, 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar