KISAH SEDIH DARI TANAH BORNEO
BY;
HADI SAPUTRA MITER
KORBAN
PERISTIWA 1859 MISSIONAR WIGAND DAN ISTRI,
Tengah:MISSIONAR ROTT,
MISSIONAR KIND DAN ISTRI,
Dibelakang: MISSIONARIS
HOFFMASTER DAN ISTRI
Titik Awal Pemicu
Adanya intrik perebutan kekuasaan kesultanan Banjar yang nantinya menjadi
cikal-bakal perang Banjar, ditambah pihak Belanda yang dianggap ikut campur
dalam intrik antara Pangeran Tamdjidilah dan Pangeran Hidayatullah. Pihak
Belanda mengusung Tamdjidilah yang tidak disenangi rakyat untuk menjadi sultan,
sehingga membuat berang Hidayat yang didukung rakyat kesultanan, perang tak
dapat dielakan lagi. Orang-orang yang pro Hidayat, melakukan aksi teror kepada
aset-aset baik tambang batu bara (batu harang), sampai perkebunan Belanda yang
dilakukan secara berantai sejak tanggal 28 April 1859. Setiap penyerbuan selalu
disusul dengan penjarahan dan pembantaian terhadap para pegawai sipil dan
serdadu Belanda.
Peristiwa Mandomai
Pada awal Mei terdapat
di situ ketiga keluarga misionaris yaitu Rott, dan Kind. Kedua keluarga
terakhir hanya mampir dalam perjalnan ke tempat tugas yang baru. Pada pagi tgl
7 mai para pembunuh, yang pada hari sebelumnya gagal menyerang Stasion Bethabara
karena kehadiran kapal api dan serdadu Belanda, mengepung gedung stasion
Tanggohan. Pelayan Missionaris seorang Anak Dayak berteriak dan misionaris Rott
turun ke depan rumah, dimana ternyata anak tersebut kena tombak; keluarga para
misionaris datang ke beranda dan
berusaha berbicara dengan penggepung agar diizinkan pergi dengan selamat,
tetapi pemberontak itu mentertawakan mereka itu dan menembak anak panah yang
beracun sebagai jawaban.
Missionaris Rott berusaha melarikan diri dengan istrinya ke jamban untuk naik perahu, Namun perahu itu sudah dirampas. Di jamban
misionaris Rott dibunuh, dalam pelukan isterinya. Keluarga Wiegand saling
berpegangan. Ibu Kind yang masih muda berdiri di samping suaminya bersama anak
Maria Rott. Ketika para pembunuh mendekat, misionaris Rott berdoa : “Bapa, ke
dalam tanganmu kuserahkan nyawaku“ dan puteri kecil Maria menyambung : “Sebentar
kita sampai pada Tuhan Yesus yang dikasihi“, Ibu Kind menyuruh anak itu
mengatakan pada para gerombolan bahwa korban-korban yang mereka bunuh mengampuni
tindakan mereka dengan setulus hati. Setelah itu para perempuan itu didorong oleh
para pembunuh ke dalam sungai Kapuas bersama para bapa yang terluka dan kedua anak kecil mereka. Ibu Rott dengan
puteranya yang sudah pingsan diselamatkan dari air oleh seorang pemuda Dayak, tapi dengan maksud menyiksa dia.
Ia ditahan tiga hari dan tiga malam di rumah
kepala suku. kedua Puterinya yang dilarikan ke hutan oleh seorang pembantu, akhirnya
diantarkan kepadanya. Ia membela martabatnya sebagai perempuan dan kedua anaknya Ny.Rott berkata : “Saya memberitahukan
pada kepala suku bahwa saya lebih suka mati dari pada menyangkal iman saya atau
dijadikan budak“ diceritaknanya kemudian pada ibunya. Pada tgl 10 mai kapal
api pemerintah beserta serdadu bersenjata sampai ke Tanggohan. Orang yang menyekap Ny. Rott melarikan diri ketakutan kedalam hutan. Ibu muda itu berdiri
bersama kedua anaknya di tepi sungai ketika kapal penyelamat berlabuh.
Pembunuhan Orang Eropa Oleh Orang Dayak
Peristiwa Buntoi Penda Alai
Sementara itu
salah satu kapal pemerintah yang lain menyeberang ke muara Kahayan dan
menghilir sampai ke Buntoi Penda Alai, stasion keluarga Hofmeister. Ketika
mereka tiba pada tgl 15 mei mereka menemui rumah misi di mana semua dirampok dan
diacak-acak, terdapat suatu papan dimana tertulis dengan kapur: “Tuan
Hofmeister dan isterinya sudah dibunuh“. Kuburan mereka terdapat di belakang
rumah. Keempat anak missionaris diculik oleh gerombolan penyerang. Dua tahun kemudian pelayan
yang menulis berita di atas papan, menceritakan bagaimana proses terjadi
pembunuhan itu.
Ketika misionaris
Hofmeister pergi melihat situasi ribut-ribut, ia ditebas dengan parang. Ia
masih dapat pulang ke rumah dan mendatangi keluarganya ke beranda yang dikepung
oleh seratus penyerang. Ia berlutut bersma isteri dan anak-anak dan berdoa
untuk para pembunuhnya. Seorang saksi menberitahukan kemudian pada
misionaris Zimmer tentang isi doa terakhir misionaris
Hofmeister :“
Tuhan yang dikasihi, Engkau yang menjadi Juruselamat kami, kasihanilah bangsa
ini. Jangan mengambil kembali anugerah-Mu dari pada mereka dan karuniakan lagi
Firman-Mu yang berharga kepada mereka.“ Setelah itu ia menyuruh orang untuk
segera bertindak. Ia dieksekusi dengan cara ditembak setelah kena beberapa
peluru dan Ia rebah. Isterinya memeluk dia.
Sementara
anak-anak coba memegang orang tuanya, para pembunuh datang, memotong kepala
mereka dan merobek tubuh mereka. Pada malam berikut dua murid katekisasi
menguburkan kedua mayat suami istri tersebut. Dua bulan kemudian keempat anak
ditemui dalam keadaan yang menyedihkan dihutan, namun mereka selamat dan
diantarkan ke Banjarmasin. Dan salah satu
anak missionaris itu, yang sudah lanjut usia (82 tahun), dapat menghadiri
perayaan 100 tahun misi di antara orang Dayak (tahun 1955) dan ikut memuliakan
Tuhan oleh karena itu, dan memaafkan semua peristiwa tersebut.
Penutup
cerita kali ini ingin mengingatkan kepada kita bahwa, ada pengorbanan dalam pekabaran Injil. adakah masih nama-nama mereka kita kenang? tulisan kali ini memang tidak berbicara tentang maanyan secara spesifik namun perlu diketahui, peristiwa inilah yang juga melatar belakangi kepergian missionarir Daninger dan Klammer dari tanah Maanyan.
Sumber:
Van
Hoevell
Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie 23 jaargang
Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie 23 jaargang
Herman
Witschi
Cristus Siegt: Geschichte Der Dajak Mission Auf Borneo (Basel: Bassel Mission Library, 1942)
Cristus Siegt: Geschichte Der Dajak Mission Auf Borneo (Basel: Bassel Mission Library, 1942)
sebagian sumber berisikan hasil introgasi pemerintah Hindia Belanda, terhadap saksi-saksi atas kejadian pembantaian tersebut, sebagai laporan resmi yang dirangkum dalam Tijdschrift voor
Nederlandsch-Indie 23 jaargang
Nanti pinjam file mentahnya, hehe.
BalasHapusTerimakasih pak, kisah yang luar biasa...Kisah2 dalam sejarah gereja yg selalu membuat saya menangis pengorbanan mereka. Bu Alex pernah berkata "mereka setia sampai akhir, mengapa kita tidak" 🙏
BalasHapus