Bekantan dan Orang Hutan
Sebuah cerita yang sangat mengharukan dari seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda saat bertugas di Balikpapan yang memiliki kegemaran dengan satwa dan fotografi.
tentang Orang Utan dan Bekantan kecil, bagaimana fauna di Kalimantan ini berhasil membuat sebuah cerita yang menarik, walaupun kali ini tidak berhubungan langsung dengan Maanyan.
tentang Orang Utan dan Bekantan kecil, bagaimana fauna di Kalimantan ini berhasil membuat sebuah cerita yang menarik, walaupun kali ini tidak berhubungan langsung dengan Maanyan.
Objek
Foto Borneo ketiga pada dasarnya adalah sebuah keluarga bekantan. Bekantan (Nasalis larvatus) biasa menghuni hutan bakau dan banyak
ditemui di sekitar Balikpapan. Ketika menyusuri sungai orang sering melihat
keluarga bekantan, terutama pada waktu matahari terbit dan terbenam, tetapi
hanya dan jauh. Setiap kali didekati, hewan-hewan yang pemalu itu segera
melarikan dir Karena itu jarang ada Bekantan yang tertangkap. Monyet itu tentu
saja bisa ditembak mati atau dilukai dengan tembakan, tetapi baru-baru im
pemerintah Hindia-Belanda telah melarang perbuatan konyol tersebut.
Salah
satu cara yang mengerikan untuk mendapatkan monyet muda, tetapi masih lazim
dipakai oleh pemburu tertentu asal Eropa—cara
sering digunakan terutama untuk menangkap bekantan muda—adalah menembak induk bekantan yang sedang menyusui, kemudian merampas anaknya yang biasanya
tidak terluka, karena dilindungi oleh sang
induk dengan menggunakan tubunya sendiri.
Orang Utan
jantan yang berdasarkan giginya sudah berusia lanjut, melarikan diri ke pabrik
parafin di Balikpapan ketika terjadi kebakaran hutan, lalu membiarkan dirinya ditangkap
tanpa memberi perlawanan. Setelah dua minggu yang dilewati dalam keadaan
terbelenggu, orang utan itu mendapat sedikit kebebasan di pekarangan saya.
Orang utan sangat jinak dan makan dengan lahap, terutama pisang. Sayangnya,
makanan utamanya, yaitu buah dan tunas bakau, tidak dapat disediakan dengan
segera. Dengan tinggi yang kurang lebih sama dengan orang Jawa. Sekitar 1,5
meter dalam keadaan berdiri tegak—dan dengan otot kekar serta bulu tebal dan
lembut berwarna cokelat kemerahan dan kelabu keperakan, orang utan itu selalu
bersikap anggun dan pasrah.
Bau
yang terus menempel pada tangan yang sempat membelai bulunya dan tetap tidak
hilang setelah beberapa kali mencuci tangan pun, menghalangi terbentuknya tali
persahabatan antara monyet tersebut dan para pembantu dan tukang kebun dan
Jawa. Baunya seperti serdadu India, begitu pendapat umum di sini, dan dengan
cara inilah orang-orang Jawa yang sangat menentingkan kebersihan diri
mengungkapkan rasa jijik mereka.
Kasih sayang para pembantu menjamin usia panjang para penghuni rumah. Setelah
satu minggu kawan serumah yang baru itu mati, rupanya akibat serangan
melankolia karena rasa rindu kepada hutan bakau yang tenang dan penuh pesona. Bekantan betina disergap di hutan bersama anaknya oleh
orang-orang Bugis yang sangat gesit, lalu ditangkap dalam keadaan linglung,
seperti yang sering menimpa bekantan ketika terdesak dan bingung. Saya mengupayakan
agar sang induk, yang sangat pemalu dan mengusir anaknya selama dalam
penangkaran, dapat segera dibebaskan kembali. Bayinya diurus seperti bayi
manusia, dengan hasil yang sangat baik, lalu kami satukan dengan orang utan.
Betina
muda yang sudah kita kenal dari portofolio Borneo pertama untuk menghindari
akibat buruk dan rasa kesepian. Dan sekian banyak gambar dadakan yang saya
buat, sedapat mungkin tanpa menarik perhatian dan mengganggu hewan-hewan itu. Orang
utan betina muda itu berperan sebagai kakak perempuan yang sudah lebih dewasa.
Sikapnya terhadap bayi bekantan yang mencari perlindungan dan bantuan bukan
sekadar antropomorf, tetapi nyaris dapat disebut sepenuhnya manusiawi. Ini
dapat menjadi contoh pedagogis untuk mengilustrasikan kamar anak dan lembaga
pendidikan lainnya.
Ketika
pertama kali berhadapan dengan orangutan di pekarangan, bekantan cilik itu
berusaha kabur dari Si orang utan, yang sejak awal sudah memperhatikan bekantan kecil
tersebut dibawa begitu dibawa masuk, tanpa kesulitan menangkapnya dengan memegang ekorya yang
panjang, kemudian memeluknya sedemikian rupa, sehingga si Kecil merasa tentram
dan membenamkan wajahnya ke dada orang utan yang berbulu lebat.
Selanjutnyn menyusul ciuman selamat datang pada puting susu, yang perlahan-lahan ditolak orang utan sampai si Kecil menjerit kesakitan. Pemeriksaan seluruh badan lalu dilakukan oleh seorang juru rawat. Berlangsungnya pemeriksaan mendetail mengenai latar belakang dan asal-usul pun dapat terbaca pada raut wajah si orang utan yang terlihat serius dan berkesan menyelidik, dan juga pada roman muka si bekantan kecil yang kadang-kadang tampak mencibir, namun terkadang seperti berusaha meyakinkan.
Selanjutnyn menyusul ciuman selamat datang pada puting susu, yang perlahan-lahan ditolak orang utan sampai si Kecil menjerit kesakitan. Pemeriksaan seluruh badan lalu dilakukan oleh seorang juru rawat. Berlangsungnya pemeriksaan mendetail mengenai latar belakang dan asal-usul pun dapat terbaca pada raut wajah si orang utan yang terlihat serius dan berkesan menyelidik, dan juga pada roman muka si bekantan kecil yang kadang-kadang tampak mencibir, namun terkadang seperti berusaha meyakinkan.
Permainan
pun silih berganti dengan pengajaran. Orang utan yang tidak selalu puas permainan sesekali orang utan mencengkram tengkuk muridnya si bekantan kecil dan mengancamnya atau meneggor si kecil, sehingga terjadi hubungan yang sangat luar biasa antara keduannya.
Sayangnya saya tidak berhasil mencegah bahwa setelah tiga minggu si Bekantan Kecil
dimasukkan ke dalam kurungan dan dinaikkan ke atas kapal dalam keadaan sehat
walafiat, untuk dibawa ke kebun binatang di Eropa. Namun tiga hari kemudian bekantan
kecil itu mati.
Monkeys (Bekantan)
and Apes (orang utan)
and Apes (orang utan)
a very touching story of a Dutch government official while on duty in Balikpapan who have a penchant predictably wildlife and photography.
about the Orang Utan and Proboscis small, how fauna in Borneo's managed to make an interesting story, although this time it is not directly related to Maanyan.
about the Orang Utan and Proboscis small, how fauna in Borneo's managed to make an interesting story, although this time it is not directly related to Maanyan.
The subject of the third Borneo portfolio is mainly a pro bosc iis monkey family. The Borneo proboscis monkey (Nasalis larva tus) lives in the mangroves and is frequently
found near Balikpapan. On a river trip you can often see numerous fami liies,
especially at sunrise and sunset, though usually only at a distance. They are
shy animals and quickly flee if you approach them. This is why proboscis
monkeys are rarely captured. Though you can shoot them, the governing Dutch East Indies Company has recently
forbidden this nonsense.
A dreadful and
unfortunately still common way some European hunters use to capture young
monkeys, especially young gibbons, is to shoot down a nursing mother monkey and
then tear the usually uninjured offspring from the dying mother, which protects
it with her body right up to the last moment. The male proboscis monkey already
quite old based on his teeth—took refuge in the paraffin factory of Balikpapan
when a fire broke out in the jungle and was captured there without any
resistance. He languished two weeks in chains and then was given a degree of
freedom in my garden. He was extremely good-natured and ate with relish, mostly
bananas. Unfortunately, his main nourishment fruits and sprouts of rhizophora
(red mangrove). could not be immediately obtained. when erect he was as tall as a Javanese man
(about 1.5 meters).
A
strong, musky odor that even repeated washings could not remove from a hand
that had stroked his fur hindered the ftiendship between him and the Javanese
house servants and gardener. The general opinion here was that he stunk like a
Laskar soldier, which is how the physically very clean javanese expressed his disgust. He was strongly
muscled, wrapped in a thick soft fur that was bright auburn and pure silver
gray, and he always behaved in a dignified manner concerning his fate.
The love of
the servants guarantees the house residents a long life. After one week the new
housemate died, but apparently due to extreme melancholy, longing for the peace
and magic of its mangrove forest. and her offspring were surprised in the
forest by very nimble Buginese and captured in a state of mental paralysis, a
phenomenon also observed in gibbons when they are harassed and helpless. I
immediately freed the mother, who rejected her offspring in captivity and was
very shy. The baby was fed according to the rules of human infant care, with
great success by the way, and to avoid the consequences of loneliness already
known from the first Borneo portfolio, it was put together with an orangutan
fenale for company.
Older,
more highly developed sister to the foster proboscis baby seeking protection
and help. This could serve as an educational model for children's nurseries
other child-rearing institutions. were selected from a great many
snapshots I made unnoticed and without disturbing the animals. More than
anthropomorphic, one might almost say human, the orangutan female here
plays the role of an
when the liitle proboscis monkey
came near the orangutan in the garden for the first time, it tried to escape.
The
orangutan, which had watched with interest as the little one was brought in,
effortlessly grabbed her long tail and enfolded her in her arms, prompting such
trust that the little proboscis monkey buried her head in the orangutan's hairy
chest. This was followed by a greeting kiss on the baby’s nipple, which slowly
extended until the baby monkey could no longer suppress a cry of pain. A
thorough physical examination was then performed with the delicacy of a model
nurse. On the one hand a meticulous inspection of the type and origin of the
baby proboscis monkey could be read in the serious face of the researcher and
her snippy expression, and on the other hand she reassured the little one with
her gestures. Games alternated with instruction.
Not always satisfied with her ward's
success, the orangutan would grab the student vigorously on the collar an.d
threaten her. The baby proboscis monkey was in excellent health, but
unfortunately after three weeks I could not prevent her from being put in a
cage on a ship that would deliver her to a European zoo. She died within three
days.
Gregor Krause, Borneo in 1920-1925 ( Jakarta: Lontar Fundation, 2013) sebuah narasi pengalaman Gregor Krause pria kelahiran 1883, selama menjadi tentara Hindia Belanda dan bertugas di Balikpapan selama khususnya perusahaan minyak milik perusahaan Belanda di Hindia Timur. sempat di tahan Jepang bebas tahun 1945 menetap di Australia mencintai seni foto dan budaya Indonesia. meninggal di Dalfsen Belanda 1959.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar