Senin, 18 Juni 2012

UPACARA DAN RITUS DAYAK MA’ANYAN DI ERA POST MODERN

UPACARA DAN RITUS DAYAK MA’ANYAN DI ERA POST MODERN
By:
HADI SAPUTRA MITER


“ULUN MA’ANYAN” DI ERA POST MODERN
Masyarakat modern memang mulai bergeser paradigma dan hobby, saya melihatnya dimana era Post Modern ini masyarakat mulai senang dengan hal-hal yang berbau etnik jadi bukan hanya budaya pop saja seperti Mall, Musik, Social Media, gaya busana butik dll. Bahkan budaya bukan lagi sebagai bagian dari perjalanan hidup suatu komunitas, tapi mengkerucut menjadi seni dan art saja. Lihat bagaimana Dayak bukan lagi dikenal sebagai sebuat perjalanan hidup yang memiliki nilai-nilai cultural. Kalaupun dibicarakan hanya sekedar aspek positif dan Narsistik tentang tari-tarian dan upacaranya saja.
 
Tarian dadas 
foto koleksi Alferd B.Hudson tahun 1963 lokasi Telang

Disini sacara pribadi saya menyoroti masyarakat dayak Ma’anyan dengan gaya hidupnya yang apa adanya,  dan mementaskan manusia Ma’anyan yang juga punya kelemahan dan tertatih-tatih mengejar zaman. Sacara umum masyarakat ini memiliki upacara adat yang cukup beragam dan menarik biasanya hal tersebut secara umum terbagi dua yaitu :
tiba welum (berhubungan dengan hidup) dan
tiba matey (berhubungan dengan kematian)
karena masyarakat Maanyan ini secara khusus terbagi menjadi sub suku yaitu:
·         Paju epat
·         Kampong sapuluh
·         Banua Lima
Ada juga yang terpisah dan berdiri sendiri seperti
·         Maanyan Karau
·         Maanyan Dayu
·         Maanyan Tumang yang ada di Samihim (walaupun agak berbeda namun dayak Samihim meyakini mereka  bagian dari dayak Maanyan karena kesamaan bahasa).

Banyaknya upacara yang beragam katakanlah misalnya untuk kematian saja:
1.       IJAMBE, yaitu upacara kematian yang pada intinya pembakaran tulang si mati. Pelaksanaan upacaranya sepuluh hari sepuluh malam.
2.       NGADATUN, yaitu upacara kematian kebanyakan memang untuk tokoh yang berpengaruh Pelaksanaannya tujuh hari tujuh malam.
3.       MIYA, yaitu upacara membatur yang pelaksanaannya selama lima hari lima malam. Menurut AB Hudson dalam tulisanya tahun 1967 upacara ini terpengaruh dari adat lawangan.
4.       Ngatang, setingkat di bawah upacara Miya, karena pelaksanaannya hanya satu hari satu malam. Dan kuburan si mati pun hanya dibuat batur satu tingkat saja.
5.       SIWAH, yaitu kelanjutan dari upacara Miya yang dilaksanakan setelah empat puluh hari sesudah upacara Miya. Pelaksanaan upacara Siwah ini hanya satu hari satu malam.
Niba welum:
·         BONTANG, adalah level tertinggi dan “termewah” bentuk penghormatan keluarga yang masih hidup dengan yang sudah meninggal, upacara ini cukup lama 5 hari lima malam, upacar ini bukan termasuk upacara duka, tapi sudah berbentuk upacara sukacita.
·         MIANGKEY, ISIRAP dll

FUNGSI LATENT DALAM UPACARA DAN RITUS ULUN MA’ANYAN
Namun setiap upacara tidak bebas nilai, seperti yang dikatakan oleh Northcott (1999 279-280) upacara dan ritus yang ada adalah untuk menselaraskan hubungan manusia dengan sesuatu yang transcendent dan supra empiris. Namun disisi lain setiap upacara dan ritus juga membentuk suatu prilaku etis dimana Robert Merton (2000: 80) menguraikan tentang konsep fungsi upacara yang disadari fungsi manifest sedangkan fungsi yang disadari namun efeknya jelas terasa  dalam kehidupan social yang disebut dengan fungsi Laten atau fungsi tersembunyi.
                Fungsi Manifest dapat dilihat dari banyaknya upacara-upacara adat yang sering dilaksanakan oleh orang-orang dayak maanyan ini. Sedangkan fungsi laten ada dibalik penyelenggaraan adat dimana ada nya judi yang disebut Usik Liyaw (dari bahasanya itu diambil dari bahasa Kapuas yang berarti permainan arwah) seperti sabung ayam. Dan judi Dadu yang lazim disebut dadu gurak, banyak pro kontra tentang judi ini. Kepolisian tidak pernah memberikan ijin judi hanya ijin keramayan saja. Tidak main-main judi yang berlangsung sudah menjadi bisnis yang cukup besar, dimana setiap kegiatan acara maka akanada alokasi bisnis didalamnya seperti
  1. Sewa lapak Dadu : Yang berkisar sampai dengan 8-10 juta perlapak (tahun 2012), itu pun tergantung dari bentuk acaranya lama dan tidak dsb. Biasanya ada kesepakatan  panitia pelaksana acara dengan Bandar judi, dengan membayar uang muka, kemudian dicicil selama acara sampai lunas.(misalkan harga lapak 10juta maka, uang muka biasa 3juta dicicil sampai 10 juta lunas pas akhir acara). 
  2.  Dari usaha parkir kendaraan yang dilaksanakan maka panitia dapat persenan dari parkir tersebut. Biasanya 10 ribu rupiah  per sepeda motor (tahun 2012). 
  3.  Untuk sabung ayam misalkan panitia dapat persenan dari setiap taruhan, dan juga sewa arena. 
  4.  Panitia juga melakukan pungutan per hari terhadap para Bandar judi dan pedagang contoh
                 ·         Uang kebersihan ada jumlah ditetapkan 3-5ratus ribu
·         Uang keamanan ada jumlah ditetapkan 3-5ratus ribu
·         Uang sewa tanah ada jumlah ditetapkan 3-5ratus ribu
·         Uang lampu  ada jumlah ditetapkan 3-5ratus ribu
·         Bayar Liyaw biasanya suka rela
·         Plus pungli yang dilakukan oleh oknum aparat.
5.              5.Untuk sewa tempat dagang biasanya agak murah, per kios 1-2 juta.
  
 Sabung ayam yang dilakukan dalam upacara ijame 
pada tahun 1963 di Murtuwu foto koleksi Alferd B.Hudson
             
Sabung ayam yang dilakukan 2012 di Tamiang Layang 


 Judi Dadu Gurak yang dilakukan 2012 di Tamiang Layang
                                
              
Bisa dilihat kalau ada perputaran uang yang tidak sedikit disana, dan ada kompromi-kompromi yang berlangsung agar segala sesuataunya itu, berjalan dengan wajar dan apa adanya. Itu menunjukan ulun maanyan sudah mampu membaca kebutuhan dan peluang, terlepas benar dan salahnya.


BAGAIMANA MENILAINYA?
Tulisan saya bukan dalam rangka menghakimi dan bukan pula sebagai alat untuk meng-ghetto antara hitam dan putih. Setiap Ulun ma’anyan berhak memilih dan memilah yang baik dan yang tidak baik, secara arif dan bijaksana untuk kehidupanya. Tulisan ini hanya ingin memperlihatkan segala sesuatu dengan gamlang dan apa adanya ulun Maanyan, dengan segala bentuk dan efek dari modifikasi budaya. Saya secara positif melihat ini cara upacara dan ritus ulun ma’anyan yang menyiasati diri untuk bertahan ditengah perubahan jaman.

1 komentar: