Sabtu, 16 Juni 2012

Dayak kristen atau Kristen dayak


      
      Richard Niehbur menyebutkan bahwa persoalan hubungan Kristus dan kebudayaan merupakan ‘permasalahan menetap’ dan ‘bukanlah hal yang baru’  dimana  masalah ke Keristenan dan peradaban bukanlah hal yang baru dan kebingungan orang Kristen  dalam bidang ini  sudah berlangsung lama. Perdebatan mengenai hubungan ke Keristenan dan peradaban berlangsung  dimulai sejak masa kemanusiaan Yesus Kristus ketika Ia ‘yang adalah seorang Yahudi  dan tetap tinggal sebagai orang Yahudi  sampai nafas terakhirnya’ memperhadapkan kebudayaan Yahudi  dengan suatu tantangan yang berat. Masalahnya  semakin jelas melalui pemaparan seorang Rabbi Klausner dalam terminology modern  bagaimana masalah tentang Yesus dan kebudayaan dilihat dari sudut pandang orang Farisi dan Saduki, yang sudah mempertahankan penolakan mereka  akan ‘orang Nazaret’ atas dasar bahwa ia membahayakan orang Yahudi. Tepatnya permasalahan tentang hubungan ke Kristenan  dan peradaban selalu dibicarakan atau diperdebatkan sepanjang segala abad.
                  Orang-orang dayak Kristen di Tamiang Layang tahun 1928 foto koleksi Zending Basel Swiss

           "Kristen Dayak" menunjukkan Injil dimasukkan dalam kebudayaan atau bahkan disesuaikan dengan konteks kebudayaan setempat. Kristus tidak dapat dipisahkan  dari kebudayaan, maka orang Kristen dituntut untuk tidak bersikap acuh tak acuh terhadap keadaan disekelilingnya. Sebab kepada orang Kristen tidak hanya diberi mandat Injil tetapi juga mandat budaya. Tidak bisa dipungkiri, agama manapun timbul dan tumbuh dari suatu kebudayaan. Agama berkembang melalui suatu kebudayaan. Suka tidak suka unsur-unsur kebudayaan  masuk ke dalam suatu agama dan agama bisa memanfaatkan budaya untuk mengembangkan  pengaruhnya. Bagi orang Kristen budaya atau Kristen Dayak , sejarah adalah kisah tentang perjumpan  Roh dengan alam. Di sisi lain ke Kristenan dituntut untuk  menyesuaikan dengan budaya. Ada usaha mencoba memunculkan nilai-nilai Kristiani dalam budaya atau memahami Kristus dengan bantuaan kebudayaan.
            Sedangkan ‘Dayak Kristen’ merujuk kepada pemahaman menguasai budaya, dimana pengertiannya bahwa orang Kristen adalah bangsa terpilih dan Alkitab menjanjikan kebinasaan bagi musuh-musuh Allah. Orang Kristen melihat budaya dunia yang bobrok  dan memutuskan bahwa budaya dunia  harus diganti dengan budaya Kristen. pemerintahan sekuler harus diganti dengan pemerintahan Kristiani. Sikap demikian  semacam sikap bahwa agama  mempunyai kekuatan yang besar untuk mendominasi kebudayaan. Segala sesuatu yang ada dalam dunia ini harus dilandasi sikap menutamakan Kristus. Dayak Kristen berorientasi kepada perubahan dalam kebudayaan asli, karena sebagian besar dari kebudayaan tersebut  di Kristenkan sehingga makna dari kebudayaan  tersebut pada akhirnya dilandasi oleh Kristus. 
              Sampul depan buku Katekismus atau buku pengajaran pokok-pokok iman Kristen berbahasa Ma'anyan (Surat Putut Ajar) diterbitkan pihak Zending Basel sekitar tahun 1930an
                           
          Pendekatan sintesis dan dualis adalah keduanya mempunyai pengertian religius yang sama tentang dosa yang tidak akan dapat diterjemahkan ke dalam istilah moral atau intelektual. Kedua pendekatan ini beranggapan bahwa kebudayaan itu adalah dosa karena kebudayaan merupakan hasil manusia yang berdosa. Kendati seperti itu kebudayaan itu tidak dapat dan tidak boleh dihindari.
         Sedangkan yang menjadi perbedaan antara kedua pendekatan ini adalah dalam pengertian mereka, baik mengenai luasnya maupun mengenai  kedalaman kebusukan manusia. Kelompok sintesis menyadari nalar manusia mungkin digelapkan, tetapi bukanlah dalam kodratnya salah arah, bagi mereka penyembuhan dari penalaran yang jelek terletak dalam penalaran yang lebih baik, dan dalam bantuan Guru Ilahi. Tetapi kelompok dualis  melihat kebejatan dan degradasi dalam semua pekerjaan manusia. Dua kelompok ini juga mempunyai konsep yang berbeda  tentang sifat kebejatan dalam kebudayaan. Kelompok sintesis menjadikan kebudayaan sebagai alat untuk mengarahkan sikap kearah sikap yang mengutamakan Kristus (kebudayaan diperalatkan), sedangkan kelompok dualis tidak memperalat kebudayaan bahkan kebudayaan dan Kristus tidak digabungkan, melainkan Kristus dan kebudayaan itu sama-sama jalan (diparalelkan).
       silahkan anda melihat dimana diri anda berdiri dan berposisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar