Jumat, 20 Juli 2012

KEKERABATAN ULUN MAANYAN


 KEKERABATAN DAN PERNIKAHAN ULUN MAANYAN
BY
Hadi Saputra Miter

Keluarga Ma'anyan tahun 1950

Ulun Manyan pada umumnya menganut system ambilinieal untuk menghitung system kekerabatannya. Dimana system ini yaitu menghitung runut keluarganya dari pihak laki-laki. Dalam aturan ulun Ma’anyan pernikahan yang dianggap tabu adalah pernikahan tutur sumbang (incest) kalau itu terjadi maka itu dianggap aib maka aka nada sangsi adat dan sangsi sosial. Untuk sangsi adat pada masa lalu yaitu disuruh merangkak dan makan di dulang (tempat makan babi) dan sangsi sosial maka ia akan dijauhi oleh masyarakat dan menjadi bahan gossip. 

Tidak memanggil nama.
Antropolog Judith Hudson (Waiting durian Drop, Pelham Massecusate 2001. hal 24), menemukan keunikan dalam sistem norma kesopanan orang Maanyan dalam pemanggilan nama :

Ulun Ma'anyan enggan untuk menggunakan nama pribadi kepada orang yang sudah dewasa . norma kesopanan memutuskan bahwa seseorang menggunakan istilah kekerabatan dalam berbicara tentang orang lain. Ulun Ma'anyan menghindari memanggil teman dan tetangga mereka dengan nama langsung. Bentuk yang dikenal oleh para antropolog sebagai teknonim/ teknonimik – dengan mengambil nama dari anak tertua seseorang, sehingga seorang wanita menjadi "ibu dari ...." (Tu atau Ineh-diikuti nama anak tertua); seorang pria, "Bapak dari ...." (Pa- diikuti nama anak tertua). Ketika anak-anak tumbuh untuk memiliki anak mereka sendiri, seseorang akan disebut “Nenek (Nini-paju 4, Itak-kampung 10) dari” atau “Kakek (Kakah) dari”. Namun bagi orang luar, sistem teknonimik memiliki kelemahan (dalam artian sulit dipahami).

Penamaan orang dengan cara demikian berfungsi untuk menggarisbawahi divisi atau keturunan agar menjadi lebih jelas. Karena teknonim tersebut menandai perubahan status seseorang, hanya orang yang memiliki anak yang dianggap mencapai status dewasa sejati dalam komunitas; sama halnya, rasa hormat karena orang yang dituakan dengan ditandai oleh sifat kakek dan Nenek. Orang yang tidak menikah maka akan terjebak dalam masa kanak-kanak yang abadi, dimana konsokuensinya  yaitu,  keberadaannya tidak pernah diberi pengakuan secara benar. Pasangan yang tidak subur biasanya mengadopsi seorang anak, seringkali dari saudara kandung yang lebih beruntung, dari sana mendapatkan gelar ibu atau ayah mereka dan mendapat nama teknonim mereka.
 



Diagram kekerabatan ulun Ma'anyan

Begitu pula kalau ada yang memiliki anak diluar nikah maka akan disebut dengan Ngampang, hal tersebut juga sangat memalukan sehingga akan dikenakan sangsi social dan adat juga. Dalam pergaulannya muda-mudi dipersilahkan untuk bergaul namun tetap saja didalam pengawasan dari orang tua. Kalau ketahuan berdua-duaan ditempat sepi dan diluar kewajaran maka akan didanda atau juga biasa disebut dengan wuah sihala atau dipaksa menikah dihadapan tetua adat.

Wanita adalah sesuatu yang berharga
Untuk mendapatkan seorang gadis bukan hal yang gampang, seorang laki-laki harus membawa orang tua dan walinya (asbah) untuk menanyakan kesediaan orang tua si gadis. Untuk bisa menuju pelaminan yang pemuda diminta menyediakan jujuran (mas kawin), dan juga bersedia untuk memberikan hadiah kepada kaka dari sang gadis sebagai ijin melewati (pinangkahan). Serta tidak lupa menutup kepala (tutup huban) kepada nenek atau kakek sigadis sebagai lambang penghormatan terhadap orang tua.
 Pernikahan Ulun Ma'anyan tahun 1938 foto koleksi Basel Mission


Pernikahan modern Ulun Ma'anyan


Namun ada juga perkawinan yang mengambil jalan pintas yaitu ijari (kawin lari) laki-laki dan perempuan persama-sama memutuskan untuk dinikahkan kepada tetua adat yang berpengaruh. Namun ijari bukan berarti keduanya sudah sah, keduanya tetap belum sah sampai diapnggil kedua orang tua wali dan menyepakati pernikahan kedua muda-mudi ini.

Pergeseran makna
             Diera modern system kekerabatan ulun Maanyan juga terjaga dengan baik, walaupun karena berjauh-jauhan kadang antara sepupu-dengan sepupu, bisa tidak saling mengenal dengan akrab lagi. Baru saling mengenal kalau ada event-event keluarga seperti perkawinan, sukuran, atau bahkan kematian.



2 komentar:

  1. maeh ina ....uma ninung lah he he

    http://suwung-harapandie92.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. tarima kasih haut ganta pulaksanai, tabe nelang hormat...

    BalasHapus